Apakah anda merasa terbantu dengan informasi yang di tampilkan?

Senin, 17 Juli 2017

Makalah Sejarah Pemerintahan (Ilmu Pemerintahan Fisip-Untad Palu)



MAKALAH

SEJARAH PEMERINTAHAN




 









                                                Nama              : Fahmi Surya Abdi
                                                No. Stambuk  : B 401 10 100
                                                Program Studi: Ilmu Pemerintahan           





PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2010













BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Bagaimana manusia itu hidup seorang diri, ia tidak dapat lepas dari peraturan, baik peraturan itu yang dibuatnya sendiri maupun yang dipaksakan oleh lingkungannya. Hal ini karena adanya keterbatasan kemampuan yang bersangkutan. Dengan demikian kebebasan mutlak yang abadi itu tidak ada. Pada awalnya peraturan tersebut dapat berbentuk cara dan corak kerja, yang pada gilirannya nanti menjadi suatu sistem yang berangkai, yang kompleksitasnya tergantung tingkat budaya seseorang atau sekelompok orang. Perlunya menjaga keseimbangan antara kebebasan dan peraturan akan dibahas pada bagian selanjutnya nanti. Namun perlu disinggung bahwa kebebasan berangkat dari faktor manusia seseorang yang ingin eksis dalam hidupnya, sedangkan peraturan berangkat dari faktor keterbatasan manusia sebagai makhluk yang diciptakan. Bersamaan dengan munculnya Negara sebagai oraganisasi terbesar yang relative awet dan kokoh dalam kehidupan bermasyarakat, maka pemerintahan mutlak harus ada untuk membarenginya. Yaitu munculnya keberadaan dua kelompok orang yang memerintah di satu pihak yang memerintah di lain pihak. Hubungan-hubungan antara yang memerintah dan diperintah itulah yang menjadi obyek pemerintahan, karena dalam hubungan-hubungan tersebut akan ditemui berbagai peristiwa dan gejala pemerintahan.
            Pada umumnya gejala dan peristiwa tersebut tidak terjadi satu kali, tetapi karena berbagai jenis peristiwa dan gejala pemerintahan tersebut beraneka ragam temponya, maka dibedakan menjadi peristiwa pemerintahan sekali lalu dengan peristiwa pemerintahan berulang kali. Sebagai contoh, pemilihan pemimpin adalah termasuk peristiwa berulang kali karena sering diselenggarakan, sedangkan pembentukan suatu Negara dapat dikategorikan peristiwa pemerintahan sekali lalu karena jarang terjadi,
            Secara etimologi, pemerintahan dapat diartikan sebagai berikut di bawah ini :
1.      Perintah berarti melakukan pekerjaan menyuruh. Yang berarti di dalamnya terdapat dua pihak, yaitu yang memerintah memiliki wewenang dan yang diperintah memiliki kepatuhan akan keharusan.
2.      Setelah ditambah awalan “pe” menjadi pemerintah, yang berarti badan yang melakukan kekuasaan memerintah
3.      Setelah ditambah lagi akhiran “an” menjadi pemerintahan. Berarti perbuatan, cara, hal atau urusan dari badan yang memerintah tersebut.
            Di beberapa Negara, antara pemeritah dan pemerintahan tidak dibedakan, inggris menyebutnya “ Government” dan Prancis menyebut “ Gouvernment” keduanya berasal dari perkataan latin “ Gubernacalum”, dalam bahasa Arab disebut “Hukumat”. Di Amerika Serikat disebut “ Administration” sedangkan Belanda mengartikan “Regening” sebagai penggunaan kekuasaan Negara oleh yang berwenang untuk menentukan keputusan dan kebijaksanaan dalam rangka mewujudkan tujuan Negara, dan sebagai penguasa menetapkan perintah-perintah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Pembentukan Pemerintahan
            Sejak pertama kali manusia diciptakan Allah SWT, ia telah dilengkapi dengan jiwa. Jiwa inilah yang memiliki ambisi untuk menguasai, keinginan untuk bergaul dan bekerja sama, serta membudaya membuat peraturan untuk kelangsungan hidupnya. Di zaman Yunani kuno Negara masih berbentuk sebatas kota yang berada pada masa polis yang dimana tidak ada batasan antara warga dan Negara. Di zaman India dan Tiongkok kuno, pemerintah terutama hanya membahas masalah manusia itu sendiri, sehingga pemerintahan banyak di tulis dalam bentuk perenungan filsafati. Di mesir kuno dan jazirah Arab, pemerintahan diatur dengan suasana padang pasir yang keras, sehingga Firaun pada mulanya tampak sentralistik sekali,kendati Nabi Muhammad SAW menerapkan sistem pemerintahan langit yang trasendental terhadap pemerintahan bumi yang nyata. Di Indonesia tempo dulu, tercatat kerajaaan Kutai Sriwijaya dan Mojopahit yang dalam pemerintahannya sudah mengenal keputusan-keputusan yang dikeluarkan raja.
            Orang-orang Spartan dan Athena zaman dulu itu menanamkan cara memerintah dengan kebenaran murni yang akan menciptakan suasana kemasyarakatan missal yang baik. Tetapi kemudian paham itu berbagi dua, pertama yaitu mereka yang melihat pengaturan pemerintahan itu harus diseimbangkan dengan pengaturan alam yang harmonis dan seirama. Paham ini kemudian dianggap abstrak. Paham kedua yaitu mereka yang memisahkan antara agama, kepercayaan dan filasafat di satu pihak, dengan budaya, doktrin dan politik di lain pihak, mereka memang mempraktekkan politik sesuai dengan kenyataan realita kehidupan. Sebagaian besar dari para filosof memang membahas filsafat pemerintahan. Tokoh utamanya adalah plato walaupun beliau juga mempunyai guru dan murid. Plato (428-347 SM ) menerima ajaran guru besarnya Socrates dan Pythagoras yang masing-masing mengajarkan sebagai berikut:
1.      Kebajikan itu berisi pengetahuan tentang yang baik-baik. Oleh karena itu masalahnya adalah bagaimana membangun Negara dan pemerintahanya agar di dalamnya semua orang tertarik pada kebajikan tersebut. Dengan demikian pelaksanaan pemerintahan mengacu pada agama, kepercayaan yang trasendental rohaniah dan metafisika.
2.      Kebajikan itu abstrak sifatnya, tetapi ilmu pengetahuan tentang yang abstrak lebih nyata dibandingkan ilmu pengetahuan yang terwujud di dunia empiris, sekalipun hal itu adalah pengalaman yang terlihat dan merupakan realita yang bisa ditangkap dengan indera.
            Karena kedua pendapat ini tidak bertolak belakang, Plato tidak kesulitan mencernanya bahkan menjadi penganut fanatic. Itulah sebabnya paradigm ini kemudian menjadi paradigm theokratis, tetapi bukan melulu menetang azas rasionalistis. Plato masih tetap dalam bentuk utopia yang mempunyai wewenang, perhatian utamanya pada pemerintahan Tuhan yang mengikuti hukum Tuhan. Dalam bukunya “Republic” Plato mengemukakan postulat utopia pertama, yang di dalamnya mereka yang mempunyaikekuatan nalar terbesar, diberikan kekuasaan terbesar untuk memerintah. Dalam buku ini pulalah Plato membicarakan tentang bentuk pemerintahanya yang ideal.
B. Sejarah Pemerintahan               
            Seperti diketahui, pemerintahan adalah proses pelayanan-publik dan pelayanan-civil kepada masyarakat dan setiap induvidu manusia. Dua-duanya adalah monopoli pemerintahan dan di atur secara nasional. Oleh sebab itu walaupun pemrintahan itu berlangsung dalam hubungan-dalam pemerintahan ( hubungan timbal-balik antara pemerintah dengan yang –diperintah), namun mengingat posisi pemerintah sebagai pemegang kewenangan, dalam hubungan itu kehendak dan tindakan pemerintah jualah yang dominan. Dari tindakan pemerintah timbullah peristiwa-peristiwa pemerintahan yang dapat menjadi sasaran kajian sejarah. Dengan demikian, pemerintah, yaitu semua lembaga yang terlibat dalam proses dan siklus pelayanan-publik dan pelayanan civil adalah aktor sejarah, dan segenap output dan outcome pemerintahan, produk perundang-undangan, dokumen, arsif, ritual,dan tradisi (budaya,perilaku) pemerintahan, peninggalan pemerintahan. Baik yang berbentuk tulisan, tuturan, maupun lambing, dan isyarat, yang terjadi di masa lampau, adalah sumber-sumber sejarah pemerintahan. Dalam bertindak, pemerintah mengemukakan berbagai cara alat, baik yang resmi maupun yang tidak resmi, formal maupun informal. Secara resmi dan formal pemerintah menggunakan hukum Negara (Negara hukum, penegakan hukum).
C. Sejarah Pemerintahan Indonesia
            Sejarah Pemerintahan Indonesia merupakan bagian integral Sejarah Indonesia. Berbagai buku tentang Sejarah Pemerintahan bukan Ilmu Pemerintahan telah banyak dipublikasikan. Perkembangan ilmu pemerintahan di Indonesia, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan ilmu pemerintahan di Negara-negara yang pernah menjajah bangsa Indonesia. Akan halnya ilmu politik yang mengkaji berbagai cara perebutan kekuasaan, sudah barang tentu tidak diinginkan perkembangannya di Indonesia oleh pihak penjajah. Selama tiga setengah abad dijajah Belanda  dan tiga setengah tahun di jajah Jepang, pandangan buruk bangsa Indonesia terhadap ilmu politik semakin parah, begitu juga terhadap ilmu pemerintahan yang di negeri Belanda dianggap menjadi cabang ilmu politik. Memang ada perbaikan di awal abad 19, terutama ketika Van Devender menyampaikan hutang budi bangsa Belanda terhadap bangsa Indonesia, yang melahirkan sejenis etika pemerintahan tetapi usaha tersebut terbatas hanya pada kepentingan Belanda, dalam mengisi kantor-kantor pemerintahan dengan tenaga-tenaga terampil. Misalnya dengan mendirikan sekolah untuk para calon kader, yang mendidik calon-calon pegawai pamong praja di berbagai tempat di Indonesia. Sekolah ini diberi nama Hoofden School. Sekolah ini kemudian ditingkatkan menjadi OSVIA (Opleiding School Voor Inlandsch Ambtenaren) dengan pendidikan selama 5 (lima) tahun. Penerimaan diperoleh dari alumnus HIS (Holland Inlandsche School).
            Beberapa tahun setelah Indonesia merdeka, Menteri Dalam Negeri, Menteri Luar Negeri dan Menteri Penerangan melaksanakan kerja sama yang bertujuan untuk mencetak tenaga-tenaga terampil yang melanjutkan mesin pemerintahan pada waktu mendatang. Sehingga diselenggarakanlah pengajaran ilmu pemerintahan di Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Gajahmada, sebagai perguruan tinggi yang paling tua di Indonesia.
            Bersamaan dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor : 18 Tahun 1965 tentang Pemerintahan Daerah, maka pada tahun 1965 itu juga didirikan kembali jurusan ilmu pemerintahan di Universitas Gajahmada Yogyakarta, dengan maksud untuk mencetak kader-kader pamong praja yang terambil menganalisa pengambilan keputusan dan berfikir kritis dalam usaha mengatasi segala persoalan yang berkembang dalam masyarakat serta kreatifitas dalam bertindak.

            Hanya kemudian yang terlihat bahwa kurikulum yang tersedia menunjukkan studi ilmu pemerintahan lebih mengarah pada pengkajian dan pengajaran  hukum tata Negara. Disamping itu pada tahun 1956 di Malang didirikan pula Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) karena Departement Dalam Negeri juga merasa perlu untuk mencetak kader-kader pemerintahan yang mempunyai pendidikan ilmu pemerintahan ditambah dengan pengalaman dalam praktek kepemimpinan pemerintahan. Peresmian tersebut dilakukan oleh Presiden Ir. Sukarno pada tanggal 17 Maret 1956.
D. Metodologi Sejarah Pemerintahan
NILAI MAKNA PERENCANAAN PEMERINTAH
 
DI TULIS DI REKAM
 
PERISTIWA PEMERINTAHAN
 
PENINGGALAN SEJARAH ARTIFAK
 
PERISTIWA DIREKONTRUKSI
 
DI GALI, DI UJI, DI NILAI, DI TAFSIR
 
DESISI ATURAN POLIS
 
            Sumber utama Sejarah Pemerintahan adalah studi kasus, biografi (mantan) pejabat pemerintahan, monografi, dan yurisprudensi di samping arsif dokumen piagam. Parasit, bahkan surat kaleng, karikatur, bahasa cacing, dan sebangsanya. Pengujian keabsahan dokumen, pembuktian kejadian, dalam hal-hal yang bersifat rahasia, dapat dilakukan secara tidak langsung, dan dengan menggunkan akal sehat.  

                                                               Masa Kini                            Masa Depan







E. Kegunaan Sejarah Pemerintahan
            Sejarah Pemerintahan berguna sebagai:
1.      Alat untuk menghadirkan kembali masa lampau, kini, dan di sini.
2.      Alat untuk melestarikan warisan dan peninggalan sejarah pemerintahan
3.      Bukti terjadinya berbagai peristiwa pemerintahan
4.      Bahan pembelajaran utama: belajar dari sejarah
5.      Cermin: bahan evaluasi sejarah dan pelaku sejarah (track record), jasa (?)
6.      Alat komunikasi dan informasi antarsejarah
7.      Laporan dan pertanggaungjawaban antargenerasi
8.      Karya Seni
9.      Warisan
10.  Bahan preiksi dan antisipasi



Pada dasarnya semua isu dan topic pemerintahan mempunyai sis kesejahteraan. Lebih –lebih jika sejarah dianggap sebagai metodologi, setiap masalah dapat dipelajari dari sudut sejarah. Beberapa pokok bahasan Sejarah pemerintahan yang actual dewasa ini sebagai berikut:

1.      Sejarah daerah atau kota, menyangkut penelusuran hari jadi suatu daerah dan identifikasinya visi dan misi pemerintahan.
2.      Kasus pemerintahan, suatu peristiwa pemerintahan terbatas, utuh dan bermakna, yang terjadi di masa lampau namun masih berdampak sampai sekarang.
3.      Peristiwa atau kasus di bidang lain di luar pemerintahan, namun yang berpengaruh terhadap pemerintahan, yang terjadi di masa lampau.
4.      Aspek kesejarahan suatu kebijakan atau keputusan pemerintahan, nilai-nilai sejarah apa yang hendak digunakan di masa depan.
5.      Evaluasi berdasarkan sejarah terhadap kasus masa kini.
















DAFTAR PUSTAKA
Prof. Drs.C.S.T Kansil. S.H Christine S.T Kansil S.H. M.H, 2002, Pemerintahandaeerah di Indonesia. Sinar Ghafika, Jakarta.
Prof. H. Rozali Abdullah, S.H. 2003 Pelaksanaan Otonomi Luas dan Isu Federalisme Sebagai Suatu Alternatif, Ed. 1 Cet. 4  PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Kuntowijoyo, 1994, Metodologi Sejarah, Tiara Wacana, Yogyakarta
Drs. H. Inu Kencana Syafiie, M. Si 2007 , Ilmu Pemerintahan, Cet.3, CV. Mandar Maju Bandung
Irawan Soesito, 1997 Sejarah Pemerintahan. PT.Bayu Media, Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sejarah Desa Silampayang Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong

Sejarah Desa Silampayang Pada tahun 2006 Tokoh Masyasakat, Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Perempuan dan Toko Pemuda dusun II   Labu...